Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menjelaskan kembali penyebab bengkaknya biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Salah satu faktornya, kata dia, adalah sulitnya pembebasan tanah di Indonesia yang menyebabkan harganya naik.
Di samping itu, ia mengatakan pandemi juga mengerek harga sejumlah bahan baku proyek, misalnya harga baja, batu bara, hingga minyak. Dengan demikian, ia mengatakan biaya investasi yang berhubungan dengan sumber daya alam turut naik.
“Jadi memang ada peningkatan. Kemarin delay lagi karena enggak ada yang bisa kerja hampir 6-7 bulan. Ini kenapa konteksnya struktur diperbaiki, bukan karena korupsi,” ujar Erick dalam wawancara eksklusif Kick Andy yang ditayangkan di Metro TV, 14 November 2021.
Sejurus dengan itu, Erick pun membuka penyebab proyek kereta cepat pada akhirnya menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN. Padahal, mulanya proyek kereta berkecepatan 350 kilometer per jam ini direncanakan dibangun tanpa suntikan modal negara.
“Memang ini tidak bisa pure B to B (business to business), harus jadi penugasan. Itu kita presentasi secara terbuka, tidak ada hengki pengki,” ujar Erick.
Erick mengatakan biasanya untuk proyek-proyek yang tidak memerlukan uang APBN, maka pihaknya akan mencari suntikan modal dari pasar. Namun, ia melihat proyek sepur kilat itu tidak mungkin dibiayai oleh pasar.
“Kereta cepat tidak mungkin (dibiayai) pasar karena perlu waktu lama,” ujar Erick. Karena itu, ia pun meminta Penyertaan Modal Negara untuk penugasan dan restrukturisasi.
Erick mengatakan proyek kereta cepat itu pun tidak bisa dihentikan lantaran saat dia masuk menjadi menteri, pekerjaan sudah berjalan lebih dari 60 persen. Artinya, semua pihak sudah mengeluarkan banyak uang dan akan merugikan jika dihentikan.
“Masak harus berhenti? Kalau berhenti, uang sudah kebakar semua menjadi besi tua,” ujar Erick Thohir.